Universitas Negeri Malang

The Learning University

MALANG INDAH

Malang Kota Pendidikan

Minggu, 27 November 2016

Decoder Encoder

semoga membantu ...!!!!




Laporan Toggle Switch



Antarmuka menggunakan CodeVision AVR


Transistor

Transistor adalah komponen elektronika semikonduktor yang memiliki 3 kaki elektroda, yaitu Basis (Dasar), Kolektor (Pengumpul) dan Emitor (Pemancar). Komponen ini berfungsi sebagai penguat, pemutus dan penyambung (switching), stabilitasi tegangan, modulasi sinyal dan masih banyak lagi fungsi lainnya. Selain itu, transistor juga dapat digunakan sebagai kran listrik sehingga dapat mengalirkan listrik dengan sangat akurat dan sumber listriknya.
Transistor sebenarnya berasal dari kata “transfer” yang berarti pemindahan dan “resistor” yang berarti penghambat. Dari kedua kata tersebut dapat kita simpulkan, pengertian transistor adalah pemindahan atau peralihan bahan setengah penghantar menjadi suhu tertentu. Transistor pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh William Shockley, John Barden dan W.H, Brattain. Tetapi, komponen ini mulai digunakan pada tahun 1958. Jenis Transistor terbagi menjadi 2, yaitu transistor tipe P-N-P dan transistor N-P-N.

Gambar Tentang Pengertian Transistor






Penguat ( Op Amp )


Operasional Amplifier (Op-Amp) Sunday, April 29th 2012. | Teori Elektronika Operasional amplifier (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang terintegrasi  dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output. Op-amp ini digunakan untuk membentuk fungsi-fungsi linier yang bermacam-mcam atau dapat juga digunakan untuk operasi-operasi tak linier, dan seringkali disebut sebagai rangkaian terpadu linier dasar. 








Konversi Bilangan Binner Oktal

Konversi Biner menuju Oktal ini awalnya dilakukan dengan membagi Biner menjadi beberapa kelompok, dimana masing-masing kelompoknya mempunyai maksimal 3 digit, dimulai dari bilangan Biner paling kanan.

 Gambar: Cara konversi bilangan biner ke oktal






Pengukuran tegangan

Formula Measure Voltage


Read more .......!!



Jumat, 25 November 2016

Bedanya Arus AC dengan Arus DC

Hai Teman!!!!!

Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang perbedaan antara arus AC dan DC.
Banyak sekali yang bertanya-tanya tentang apasih Listrik AC dan apasih listrik DC, lalu bagaimana cara membedakannya? Dan apasih definisinya? Dan masih banyak sekali pertanyaan lain yang serupa.

Kita mulai dengan Definisi

AC singkatan dari Alternating Current yaitu arus bolak balik. Sedangkan DC (Direct Current) adalah arus satu arah.

Kenapa Arus AC lebih disebut bolak-balik?

Listrik rumahan, itu adalah Listrik arus AC, karena ketika kita menghubungkan Socket (benda yang berbentuk seperti garpu untuk menunghubungkan listrik bisa juga disebut steker, atau colokan) pada Stop kontak (benda yang memiliki lubang dua untuk menghubungkan steker/socket ke arus listrik. maka sobat tidak perlu mempertimbangkan posisi konduktor akan ditempatkan dimana.

Jika sobat memcoba membolak-balikan steker maka tidak akan bermasalah terhadap alat kelistrikan sobat.

Berbeda dengan arus DC yang searah, kamu tidak bisa membolak balikan posisi dari konduktor, oleh karena itu biasanya alat yang berlistrik DC seperti Aki, memiliki tanda penting untuk penghubung arusnya yaitu tanda positif fan negatif (+ dan -) tanda positif untuk arus positif, tanda negatif untuk yang negatif

Itu secara sederhana sobat! Ini secara ilmiahnya

Listrik AC adalah listrik yang memiliki frekunensi karena aliran arus AC memiliki polaritas yang berubah-ubah dari polaritas yang lebih tinggi ke polaritas yang lebih rendah dalam satuan waktu
Sebenarnya listrik AC itu bersipat putus nyambung, (judul lagu) namun dikarenakan kecepatanya yang tinggi jadi tidak terlihat.

Biasanya listrik AC memiliki satu Fhase, satu netral dan ground. Ada juga yang 3 fhase dan ground karena beban yang 3 fhase tidak menggunakan netral.

Berbeda dengan listrik DC yang tidak meiliki frekuensi, karena arus AC sangat stabil bergerak lurus dari positif ke Negatif. Karena listrik DC tidak memiliki frekuensi, bergerak lurus dan stabil, maka Arus DC lebih halus dari pada listrik arus AC, sehingga alat-alat elektronika seperti hnaphone dan komputer adalah Arus DC agar menghindari kerusakan komponen yang sangat sensitif pada tegangan tinggi dan berubah - ubah

Keuntungan arus AC

Arus AC lebih mudah diproduksi, banyak sekali pembangkit listrik yang menproduksinya, seperti PLTA, PLTB, PLTPB, PLTU, dan PLTN. Selain dari prosess produksi yang sangat mudah, listrik AC juga lebih mudah di distribusikan. Hal lain lagi menguntungkan dari arus AC adalah mudah diubah ubah, misalnya diubah ke arus DC dengan mengunakan Adaptor.
Perbedaan antara arus AC dan DC Listrik

Sekarang sobat tahukan kenapa hanphone yang berarus DC bisa di charger melalui stop kontak rumah yang arusnya AC karena charger HP memiliki Adaptor, tuh yang besar di bagian stekernya...
Arus AC juga tidak sulit karena hanya perlu menghungkannya dengan kabel Nol yang dapat diperoleh dari mana saja, pada umumnya Kabel Nol didapat dari trafo, namun juga bisa memlalui tanah.

Umumnya listrik tegangan AC di indonesia memiliki Voltase 200-220V

Keuntungan Arus DC

Arus DC dengan sipat lebih halus tentunya dapat digunakan kekomponen yang renta dan alat elektronik kecil-kecil, hal lain yang diuntungkan dari arus DC adalah dapat disimpan misalnya kedalam baterai atau aki (accumulator). Keuntungan lainnya adalah voltase dari komponen DC relatif kecil sehingga tidak membahayakan.
Perbedaan antara arus AC dan DC Listrik

Oleh karena itu banyak dari ahli elektrikal yang ingin memperingan beban dalam hitungan watt dengan mengganti setiap komponen listrik AC ke DC, misalnya lampu. Atau penerang ruangan lain.
Umumnya tegangan DC tidak terlalu besar hanya sekitar 1-12-65V itu yang saya lihat pada sebuah Aki.



Demikian artikel kali ini semoga bermanfaat dan dapat membantu masalah sobat
Mohon maaf bila banyak kesalahan karena kesalahan mutlak pda diri saya dan kebenaran hanya milik Alloh SWT

Rangkaian Paralel

Hai Sobat

Dalam uraian materi kali ini meliputi; pengertian, ciri-ciri, dan gambar atau susunan rangkaiannya. Dalam kelistrikan, rangkaian paralel adalah suatu model yang digunakan dalam penyusunan komponen-komponen listrik. Terdapat ciri khusus yang melekat pada model ini dan menjadi faktor pembeda dari rangkaian listrik lainnya (misal: rangkaian seri). Perbedaan tersebut terletak pada bentuk, susunan rangkaian, dan fungsi/kegunaannya. Rangkaian ini juga memiliki beberapa keunggulan dalam hal pengaplikasiannya pada pemasangan instalasi listrik rumah tangga, perkantoran, dan lain-lain. Semuanya akan kami paparkan secara lengkap disini, selamat membaca.
  • Artikel Terkait: Rangkaian Seri: Pengertian, Ciri, Gambar

Pengertian Rangkaian Paralel

Rangkaian paralel adalah salah satu model rangkaian yang dikenal dalam kelistrikan. Secara sederhana, rangkaian paralel diartikan sebagai rangkaian listrik yang semua bagian-bagiannya dihubungkan secara bersusun. Akibatnya, pada rangkaian paralel terbentuk cabang di antara sumber arus listrik. Olehnya itu, rangkaian ini disebut juga dengan rangkaian bercabang. Dalam rangkaian ini, semua percabangan yang ada dapat dilalui oleh arus listrik. Di setiap cabang itulah komponen listrik terpasang, sehingga masing-masing komponen itu memiliki cabang dan arus tersendiri. Arus tersebut mengaliri semua komponen listrik yang terpasang secara bersamaan. Rangkaian paralel diperlukan jika kita akan melakukan pengaturan arus listrik, dengan membagi arus listrik dengan cara merubah beban yang lewat di tiap percabangan.

Ciri-ciri Rangkaian Paralel

Ciri-ciri dari rangkaian paralel adalah semua komponen listrik terpasang secara bersusun atau sejajar. Pada rangkaian paralel arus yang mengalir pada setiap cabang berbeda besarnya. Setiap komponen terhubung dengan kutub positif dan kutub negatif dari sumber tegangan, artinya semua komponen mendapat tegangan yang sama besar. Sedangkan, hambatan totalnya menjadi lebih kecil dari hambatan tiap-tiap komponen listriknya. Semuanya dapat ditulis dalam bentuk rumus matematis:

rumus rangkaian paralel
Kelebihan menggunakan rangkaian paralel adalah apabila saklar dimatikan, maka tidak semua komponen mati kecuali  komponen yang dihubungkan dengan saklar yang dimatikan, misalnya lampu. Selain itu, Jika ada salah satu cabang atau komponen listrik yang putus atau rusak, maka komponen yang lain tetap berfungsi. Sebab masih ada cabang lain yang dapat dialiri arus listrik dan komponen yang tidak rusak itu masih mempunyai hubungan dengan kedua kutub sumber tegangan. Sedangkan, kelemahan rangkaian paralel adalah dibutuhkan lebih banyak kabel atau penghantar listrik untuk menyusun seluruh rangkaian.

Gambar Rangkaian Paralel

Berikut ini adalah gambar dari beberapa alat listrik yang dirangkai secara paralel:

Rangkaian Paralel Lampu

lampu yang dirangkai paralel

Rangkaian Paralel Baterai

baterai yang disusun paralel

Sekian uraian tentang Rangkaian Paralel: Pengertian, Ciri, Gambar, semoga bermanfaat.

Kamis, 24 November 2016

Pengukuran Multimeter

AVO meter , cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat



Cara melakukan pengukuran menggunakan Avo meter atau Multitester
Sebelum sobat mulai melakukan pengukuran menggunakan Avometer atau juga bisa disebutmultimeter dan multitester ini, sobat perlu memahami berbagai macam hitungan yang dapat dihitung

Antara lain Tahanan (Ohm), arus (ampere), dan Volt (tegangan) berikut gambarnya
AVO meter cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat

cara mengukur arus, tegangan, tahanan dengan AVO meter sangatlah mudah! Namun banyak orang tidak mengetahui caranya, oleh karena itu saya akan sajikan cara cara mengukur arus, tegangan, tahanan dengan AVO meter

sebelum melakukan pengukuran dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan adalah kondisi Avometer harus ada dalam keadaan baik, tidak cacat dan masih bekerja dengan normal sebagai mana mestinya

berikut cara pengukurannya :

cara mengukur arus / ampere menggunakan AVO meter
AVO meter cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat

Pertama
Sebelum mengukur arus DC, sobat perlu memutuskan hubungan dengan pacar sobat, maaf maksudnya sobat perlu memutuskan salah satu jalur hubungan antara beban dan sumber tegangan sebagai tempat untuk melakukan pengukuran. Seperti yang ditunjukan oleh gambar diatas.

Kedua
Arahkan selektor switch atau saklar pemilih yang berfungsi untuk memilih jenis apa yang akan diukur, sehingga menunjuk ke arah DcmA baik itu di 2.5 atau di 25 atau di 0.25A

Ketiga
Arahkan Zero Adjusment (alat untuk mengatur jarum penunjuk nilai pada layar agar bernilai ZERO atau NOL pada posisi stanby

Keempat
Lakukan kalibrasi Avometer yaitu dengan menyatukan jarum penunjuk – dan + (probe) sehingga jarum penunjuk nilai pada layar bergerak penuh

Kelima
Arahkan jarum – dan + sebagai penghubung ke terminal seperti ditunjukan oleh gambar diatas (tepatnya garis warna merah)

keenam
Lihat hasil pada layar bagian skala ukur hasil yang diperoleh. Untuk perhitungan hasilnya akan dibahas setelah ini

Cara mengukur Tegangan (VOLT) pada rangkaian menggunakan Avo meter

Untuk melakukan pengukuran terhadap tegangan sebenarnya hampir sama dengan mengukur arus. namun yang berbeda dari pengukuran Tegangan adalah jika pada pengukuran arus dilakukan dengan dihubungkan seri, maka untuk mengukur tegangan, dilakukan dengan pemasangan jarum pengukur (probe) secara paralel

Penasaran dengan rangkaian seri dan paralel boelh dibaca Merangkai rangkaian seri dan paralel beserta teorinya
Beberapa perbedaannya adalah : 

Lakukan pengukuran seperti ditunjukan oleh gambar dibawah ini :
AVO meter cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat
Maka hasil akan terlihat dan untuk menghitung nilai dari hasil pengukuran bisa dibaca setelah ini

Cara mengukur tahanan atau Ohm dengan Avo meter atau multitester

Caranya
Perhatikan terlebih dahulu contoh dibawah ini
AVO meter cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat

Pertama
Matikan sumber arus atau tegangan, ketika akan mengukur tahanan (ohm)

Kedua
Ambil gelas dan seduh kopi dulu agar nikmat...(abaikan)

Kedua
Arahkan selektor switch (sklar pemilih) sehingga mengarah ke ohm meter x1, bisa juga x10 atau x100 namun sobat perlu rumus perhitungan Ω agar dapat mengetahui nilainya
AVO meter cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat
Ketiga
Arahkan jarum terminal kearah yang dicontohkan pada gambar

keempat
Lihat jarum penunjuk menunjuk ke skala ukur yang bernilai berapa dan itulah hasilnya, dan hasilnya adalah 2Ω + 4Ω + 6Ω + 8Ω = 20Ω, dan jarum penunjukpun akan mengarah ke angka 20 Ω

Namun bila sobat mengarahkan selektor switch ke arah Ω x10 maka nilai yang akan ditunjuk oleh jarum penunjuk adalah 2 dan sobat tiggal kalikan 2 x10 dan itulah hasilnya samakan 20 Ω.

...........................................................................................................................................................
Setelah sobat mengetahui cara mengukur berbagai jenis ukuran listrik menggunakan avometer, apakah semua itu cukup? Jelas semuanya belum cukup, karena pengukuran yang dilakukan secara konstan tanpa mempertimbangkan faktor yang dapat memicu keakuratan hasil pengukuran, maka hasil pengukuranpun akan tidak akurat bahkan salah

Terkecuali memang Avometer sobat adalah avometer digital yang langsung dapat melihat nilai hasil pengukuran tersebut dilayar dalam bentuk angka

Namun akan sangat berbeda dengan sobat yang menggunakan Multitester atau Avometeranalog yang perlu ilmu lebih lanjut untuk membacanya dan juga perlu mempertimbangkan beberapa faktor penentu keakuratan hasil pengukuran

Lalu apa saja faktor yang dapat memicu keakuratan hasil pengukuran?

Faktor – faktor yang memicu keakuratan hasil pengukuran menggunakann multimeter atau multitester alias AVOmeter adalah sebagai berikut :
1 Avometer masih bekerja dengan baik alias belum rusak
2 pastikan sebelum pengukuran bahwa Zero Adjusment tetap stanby pada posisi NOL jika tidak maka    silahkan gesrkan Zero adjusment tersebut agar jarum penunjuk nilai mengarah pada angka NOL
3 perhatikan arah dari selektor switch mengarah ke nilai yang mana
   Setelanjutnya
Untuk menghitung nilai dari ACV, DCV atau DcmA SAMA, jadi kita pelajari saja salah satunya sehingga menghemat waktu

Perhatikan contoh perhitungan nilai dari pengukuran tegangan (Volt) berikut :
1 Nilai tegangan yang diukur pada layar Avometer menunjukan angka 15 VDC    
2 lalu sobat posisikan selektor switch (saklar pengatur) pada posisi 1000 DCV
3 saat memperhatikan layar pada alat ukur ternyata hanya menunjukan skala terbesar adalah 250, 50, dan 10 tidak ada nilai tertinggi 1000
AVO meter cara mengukur dan menghitung hasil pengukuran arus, tegangan, tahanan dengan akurat
namun tenang, skala pengukur deratan 0-10 menunjukan bila jarum penunjuk nilai pengukuran mengarah pada angka 10 sementara selektor switch mengarah pada angka 1000 DCV maka nilai dari 10 pada layar tersebut adalah 1000 DCV

kembali pada no 1 dimana nilai tegangan yang diukur adalah 15 Volt sementara skala ukur pada selektro switch mengarah ke angka 1000 maka jarum pada layar akan mengarah pada bagian awal dan dengan jarak yang sangat kecil.

solusinya, pindahkan selektor switch ke nilai DCV yang dapat membuat jarum penunjuk nilai pada layar bergerak lebih jauh agar nilai pengukuran lebih akurat

misalnya kita menggerakan selektor switch atau saklar pengubah (pemilih) pada posisi 10 DCV maka jarum penunjuk akan bergerak cepat keujung kanan melebihi kapasitas angka dari layar kaca Avometer. Hal ini disebabkan nilai tegangan yanga diukur jauh lebih besar dibanding skala maksimal dari nilai yang dipilih selektor switch

Sobat harus hati – hati karena jika hal tersebut didiamkan begitu saja akan merusak Avometer itu sendiri, solusinya, bila hal tersebut terjadi maka cepat cepat putuskan hubungan dari benda yang diukur dengan avometer dan pindahkan nilai yang diukur menjadi lebih besar dengan selektro switch misalnya pada 2.5 DCV pindahkan ke 10 DCV

Kembali dengan hasil pengukuran 15Volt, bila saklar pemilih (selektor switch ) mengarah pada bagian 50 DCV, maka jarum penunjuk nilai akan bergerak Tepat ditengah antara nilai 10 – 20 pada skala ukur (range 0-50) yang artinya nilai yang ditunjukan bernilai 15Volt

Sebaliknya bila sobat belum mengetahui tegangan tersebut dan ingin mengetahui nilai akurat dari hasil pengukuran sobat maka cermati Rumus berikut :
Hasil ukuran =
Skala yang dipilih
X angka yang ditunjuk oleh jarum
skala terbesar pada layar
 Sebagai contoh

Berapa hasil tegangan dari hasil pengukuran yang menunjukan angka 10 pada layar sementara batas ukur dilayar tersebut adalah 10 dan nilai selektor switch yang dipilih adalah 50

Diketahui             = skala yang dipilih                           = 50
                                = skala terbesar pada layar          = 10
                                = angka yang ditunjuk jarum       = 10
Maka     hasil = (50/10) X 10
                                = 50 volt
Contoh yang kedua

Skala yang dipilh                               = 50
Skala terbesar pada layar              = 50
Angka yang ditunjuk jarum          = 22 dari (0-50)
Maka     hasil = (50/50) X 22
                                = 22 Volt

Berbeda dengan pengukuran Direct Current Volt (DCV), Alternating Current Volt (ACV), dan Direct Current Mili Ampere (DcmA), menghitung nilai dari hasil ukur Ohm () pada multimeter atau multitester Analog terbilang lebih mudah dibanding dengan yang disebutkan sebelumnya

Misalnya pada pengukuran Ohm meter diatas sudah dijelaskan....

Namun, bila sobat masih bingung dengan pembahasan diatas, saya akan coba bahas kembali dengan lebih detail.... ok



Sebelum pengukuran dan penghitungan dilakukan perhatikan dan pastikan bahwa alat ukur tidak rusak secara fisik dan masih berfungsi sebabagi mana mestinya

Arahkan selektor switch (saklar pemilih) pada bagian x1, x10, x100, atau x1K Ω sesuai dengan kehendak sobat. Setelah terpilih, Atur Zero Adjusment agar pada posisi stanby jarum mengarah pada angka ZERO (NOL). Kenapa demikian? “supaya hasil pengukuran lebih akuran dan sesuai tentunya”
Biasakan sebelum melakukan pengukuran baik itu DCV, ACV, DcmA, ataupun  lakukan Kalibrasi alat ukur, yaitu menghubungkannya kedua jarum pengukur – dan + sehingga jarum penunjuk nilai bisa bergerak

Setelah itu, lakukan pengukuran sebagai mana telah dijelaskan diatas yaitu dengan menempelkannya terhadap komponen atau rangkaian yang akan diukur

Perlu dingat kembali bahwa pengukuran Ohm dilakukan pada saat komponen atau rangkaian tidak bertegangan, jika dilakukan ketika keadaan bertegangan maka akan merusak alat ukur itu sendiri
Setelah terlihat hasilnya maka lakukan tips membaca nilai pada Avometer dengan cara berikut :
Misalnya jarum menunuk pada angka 20 sementara pengali atau selektorswitch mengarah pada x100, maka nilai tahanan tersebut adalah 20X200 = 2000 

Mudah bukan

Demikian artikel kali ini saya buat, semoga bermanfaat dan dapat membantu masalah sobat. Mohon maaf bila banyak kesalahan dalam berbagai hal baik penulisan penyampaian atau yang lainnya